Kamis, 11 Oktober 2012

Pengembangan kopi arabica di jember

Pengembangan kopi Arabica di wilayah kabupaten Jember masih di rasa banyak kendala. Dimana kopi arabica memiliki spesifikasi berbeda dengan kopi-kopi pada umunya yaitu penanamannya harus di atas ketinggian 1000 dpl. Bilmana hal itu di paksakan untuk ditanam di daerah di bawah 1000 dpl akan banyak mengandung resiko diantaranya rentan terhadap serangan penyakit, terhambat dalam pertumbuhan, hasil tidak maksimal dan tidak bisa berkembang sebagamana mestinya. Sehingga untuk pengembangan kopi arabica harus memiliki syarat yang telah ditentukkan, demikian penegasan kabid budidaya Disbunhut Jember Ir Maskur Msi.

Kepada koran ini Ir Maskur mengatakan kopi arabica memiliki prospek pasar dunia yang cukup bagus baik dari sisi harga maupun tingkat produksinya yang terus menerus sepanjang tahun. Oleh karenanya untuk pengembangan kopi arabica haruslah ditemukan adanya cloning baru yang telah di rekomendasikan oleh pihak Puslit Koka Jember yang bisa dtumbuh dan hidup di bawah ketinggian 1000 dpl, yang di harapkan kopi arabica tersebut bisa tumbuh dan berkembangbiak secara pesat di Jember di bawah ketinggian 1000 dpl, tegasnya.Sementara itu dari hasil uji coba tanaman kopi arabica di kawasan Suco Pengepok Jelbuk yaitu tidak membuahkan haisl alias kopi tersebut hidupnya menjadi aras-arasen


Sumber:
http://www.jemberkab.go.id/

Rabu, 03 Oktober 2012

Kopi Luwak

Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.

Asal mula Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
Gambar Kopi luwak asli
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indera penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang optimal sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.


Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_luwak