Apa pilihan tempat nongkrong yang asyik? Jawabannya tentu saja bisa
beragam. Tapi cukup banyak yang memilih tempat ngopi. Salahsatu yang
memilih tempat ngopi adalah Dian Suteja. Bersama rekan-rekannya di
Bandung, dia kerap berkumpul di kedai kopi.
Ternyata Dian dan rekan-rekannya lebih memilih kedai kopi bukan hanya
untuk sekadar menikmati kopi. Lebih jauh dari itu, mereka juga mahir
dalam menebak asal kopi hanya dari aromanya saja. Ternyata tebak-tebak
asala usul kopi dari aromanya itu, yang dikenal dengan nama Cupping
Coffee itu telah jadi hobi baru sebagian orang.
Beberapa waktu lalu, Kopi-Q di Jalan Pasirkaliki Bandung jadi ajang
uji citarasa kopi itu. Tapi Dian yang merupakan dosen filsafat itu lebih
suka menyebut hobinya dengan sebutan Icip-Icip Kopi. “Sengaja kami
memilih penggunaan kata ‘Icip Kopi’ ketimbang menggunakan cupping
coffee,” katanya.
Tentu saja itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, alasan pertama
lantaran dia ingin melakukan kegiatan ini lebih nge-pop, bukan melulu
bertujuan industri. Kedua, kegiatan cupping disini cenderung mengacu
pada standard SCAA atau Specialty Coffee Association of America. Untuk
soal ini, masih banyak acuan diluar SCAA, seperti Specialty Coffee
Association of Europe (SCAE), Cups of Excellence (CoE), bahkan beberapa
pihak seperti Sweet Maria’s dan forum maya pecinta kopi di USA
coffeegeek.com, ikut membuat standar tersendiri.
Ketiga, cupping pada dasarnya adalah mengenali karakter kopi dan
berbagi akan hal itu. Dan, setiap orang berhak mengenali karakter kopi
di luar pakem industri. Dan keempat, cupping adalah suatu ikhtiar yang
terus menerus dilatih. Itu juga berarti latihan atau proses belajar.
“Idealnya cupping dilakukan lebih dari satu orang agar hasil yang
didapatkan bisa dibagi satu sama lain sembari saling membandingkan hasil
masing-masing para pengicipnya,” kata Dian.
Kelima, lanjutnya, kami berpendapat bahwa di luar empat dasar rasa,
yaitu pahit, asam, asin, dan manis, selalu bersinggungan dengan kultur
tempatan atau lokalitas dan kekayaan perbendaharaan sensasi rasa beserta
kosakatanya. “Jika banyak orang mengasosiasikan kopi dengan rasa pahit
dan hal itu sudah tertancap dalam di benak, meski disodorkan kopi Panama
Elida Estate yang karakter kopinya jauh dari pahit. Sampai sini, rasa
bukan sekadar indriawi, tapi juga kultural,” imbuhnya.
Alasan pertama yang dikemukakan Dian bahwa cupping coffee identik
dengan industri bisa jadi ada benarnya. Di Caswell’s Fine Coffee and
Teas, satu tempat ngopi modern yang menyajikan kopi berkualitas kelas
dunia, aktifitas ini dilakukan saban hari. Operational Manager Caswell,
Agustinus Tassi mengatakan ritual itu dilakukan dia dan timnya setiap
pukul 09.00 WIB.
Jumat pagi pekan lalu, di Caswell yang terletak di Kemang Timur
Jakarta ini, suara slurping terdengar jelas berbaur dengan dentingan
sendok yang beradu dengan gelas. Di atas meja pun sudah berjajar tiga
gelas kopi yang harus ditebak nama serta asal-usulnya. Masing-masing
kopi seberat 8,5 hingga 10 gram kopi diseduh dengan 150 ml air dengan
titik didih 92 derajat celcius. Selebaran yang mereka sebut Cupping Form
pun dibagikan.
Lembaran kertas itu berisikan kolom-kolom contoh nama kopi,
keharuman, aroma, keasaman, rasa, kekentalan dan rasa setela kopi
diteguk. Kolom-kolom itu harus diisi sesuai dengan apa yang dirasakan
oleh Cuppers. Berbarengan dengan pengisian formulir, Cuppers pun harus
mengecup satu persatu kopi yang disajikan.
Dalam aktivitas ini, menurut Agustinus ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu kopi saat masih kering, setelah diseduh dan saat
sudah dingin. “Ada beberapa jenis kopi yang aromanya masih terjaga,
rasanya pun masih oke, tapi ada juga yang berubah aroma dan rasanya
karena kontaminasi air. Tapi bila sudah dingin, umumnya kopi pun tak
lagi dilirik untuk diseruput,” katanya.
Bagi pemula mungkin sedikit kebingungan apa yang harus mereka isi.
Apa yang mereka rasakan di lidah mereka hanya pahit dan sedikit asam.
Bahkan bisa jadi ada yang hanya akan berpikir semuanya sama, pahit.
“Bahkan penggemar kopi pun belum tentu bisa mengisi dengan cepat,” imbuh Agustinus.
Meskipun itu diisi sesuai dengan yang dirasakan, tapi tidak berarti
asal mengisi. Tentu saja ada pengetahuan di balik kolom-kolom itu. Bila
kolom-kolom itu terisi dengan lengkap, selanjutnya harus dicocokkan
dengan kunci jawaban. Nah, di penilaian ini kita bisa tahu seberapa
besar kepekaan kita dalam menebak karakteristik kopi, alias Cupping.
CARA PEDAGANG KENALI KOPI
Cupping Coffee ini sebenarnya bermula dari kebiasaan para pedagang kopi
yang akan menjual kopinya ke para pembelinya. Dia harus merasakan dulu
bagaimana kopi itu, mulai dari aromanya hingga apa yang dirasakan
setelah meminum kopi. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan kepada
pelanggannya bagaimana karakter kopi yang dia jual. Apakah ada kopi yang
terbaik? Jawabannya mungkin semua kopi baik dan enak, tapi itu hanya
berlaku pada penjual, lantaran selera pembeli pun beragam.
Awalnya para penjual kopi sebelum melepas kopi ke penjual, mereka
harus mencicipi dulu kopinya. Cupping Coffee sendiri adalah metode
bagaimana mengenali berbagai jenis biji kopi yang berbeda-beda. Dengan
cupping kita biasa membedakan atau membandingkan kopi satu dengan yang
lain dan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap kopi tersebut.
Kopi itu sendiri mengandung banyak sekali unsur. Mulai dari aromanya, di
dalam satu jenis kopi bisa saja mengandung aroma floral, citrus,
berry-like, nutty, malt-like, chocolate-like dan lain sebagaianya
tergantung lingkungannya.
Di Indonesia, sebutsaja di Bali, kopi Kintamani aroma jeruknya begitu
terasa karena perkebunannya di kelilingi oleh jeruk Bali. Berbeda lagi
dengan kopi yang hidup di dekat tumbuhan herbal seperti di Toraja atau
Papua, kopinya beraroma bunga. Bila kita bandingkan satu kopi dengan
kopi yang lain tentu saja berbeda, tidak ada kopi yang sama. “Setiap
kopi memiliki komponen-komponen Coffee Tester’s Flavor wheel. Jadi tidak
semua kopi memiliki aroma yang sama,” kata Agustinus.
Dalam mendeteksi apa saja atau bagaimana isi kopi tersebut, itu
masalah jam terbang seorang Cupper. Cupping Coffee sendiri hanya ada di
daerah penghasil kopi seperti Amerika Latin, Thailand, Vietnam dan
Indonesia. Negara yang kaya akan kopi pasti memiliki komunitas atau
penggemar Cupping Coffee. Di Indonesia sendiri komunitas penikmat kopi
ini telah muncul sejak 2001 dan kini terus berkembang. Anggotanya pun
bukan hanya dari kalangan industri kopi. “Ada yang mahasiswa, karyawan,
bahkan ibu rumah tangga juga,” kata Agustinus.
Anda penikmat kopi? Kenali aroma dan asal-usul kopi yang Anda nikmati bersama anggota komunitas ini.
Sumber:
http://www.mataelang.net